Kemacetan emang udah menjadi santapan rutin dan momok menyeramkan bagi warga Jakarta. Tapi, pas H-3 sampai H+5 Idul Fitri, Jakarta ibarat kota mati. Lalu lintas lancaaar. Situasi itu yg gue suka.
Ke mana penduduk Kota Metropolitan? Sebagian besar penghuninya mudik. Tradisi tiap tahun sebelum hingga sesudah Lebaran. MEnapak tilasi masa-masa kecil di kampung halaman. Termasuk hari pertama dan kedua Idul Fitri pas gue bertugas di kantor SCTV, arus sepiii. Cuman siangnya agak padat, soalnya orang-orang yg gak pulang kampung, serempak keluar rumah buat silaturahmi. Perjalanan yg lazim gue tempuh dari Depok 1,5 jam, ketika hari-hari senyap Jakarta hanya perlu waktu 45 menit.
Kesunyian Jakarta mendadak berubah ramai dan padat pagi tadi. Jalur Warung Buncit-Mampang yg sering gue lewatin menuju SCTV di Gatot Soebroto macet..cet..cet...EMang seh ada yg bilang kemacetan hari ini belum separah hari kerja biasanya (buta kale tuh manusia), tapi yg namanya macet udah bikin gue bete. Gue yakin orang lain sependapat.
Coba masyarakat dari desa gak usah balik lagi ke Ibu Kota, mungkin Jakarta gak akan macet. Harapan tinggal kenangan. Pemudik kian bertambah banyak. Mereka justru bawa buntut dengan dalih hendak mengadu nasib di Kota Metropolitan. Para kaum pendatang sebenarnya juga punya hak meraih kehidupan yg lebih baik di kota Besar. Sungguh dilematis, kapan ya Jakarta bebas macet ???
Tidak ada komentar:
Posting Komentar